PARIWASATA: Para pedagang di pasar terapung Banjarmasin - Foto Dok BI |
HABARDIGITAL.COM, BANJARMASIN - Pertambangan, mungkin menjadi kata yang populer di benak masyarakat jika diminta untuk menyebutkan sesuatu yang berkaitan dengan Kalimantan. Jelas saja, pertambangan merupakan sektor yang mendominasi struktur perekonomian Kalimantan dari sisi penawaran. Hal tersebut didukung dengan banyaknya proyek tambang yang berlokasi di Kalimantan. Jika kita melihat pada hasil rilis PDRB Triwulan IV tahun 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Selatan, sektor pertambangan dan penggalian masih mendominasi dan menopang sebesar 30,82 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Selatan dari sisi penawaran atau lapangan usaha (BPS, 2024).
Begitu dominannya sektor ekstraktif seperti pertambangan terhadap PDRB Kalimantan Selatan, seyogyanya membuat masyarakat mulai menyadari bahwa ketergantungan terhadap sektor ekstraktif tidak akan bertahan selamanya, apalagi produk yang ditawarkannya merupakan hasil alam yang memiliki batasan dalam mengeksploitasinya. Harga batu bara acuan yang berfluktuatif membuat pendapatan dari sektor batu bara cenderung bergantung pada kondisi pasar. Ditambah lagi, trickle-down effect yang kurang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pertambangan, utamanya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pertambangan memang masih menjadi primadona, namun diprediksi tidak akan bertahan lama. Adanya pergeseran gaya hidup, membuat pertumbuhan sektor tersebut akan semakin redup. Paris Agreement menjadi sebuah dasar adanya pergerakan untuk mengubah gaya hidup terkait transisi energi menuju net zero emission. Pengurangan dan/atau penghentian pemanfaatan bahan bakar fosil dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara dapat mengancam PDRB Kalimantan Selatan yang menurun. Dibutuhkan langkah konkrit dalam menumbuhkan sumber pertumbuhan ekonomi baru (new source of economy growth) di Kalimantan Selatan dalam rangka penguatan struktur ekonomi Kalimantan Selatan, salah satunya dengan transformasi melalui pariwisata dan optimalisasi ekonomi digital.
Kalimantan Selatan atau yang dikenal juga dengan Bumi Banua memiliki potensi pariwisata berupa kekayaan alam yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Destinasi wisata yang dimiliki oleh Kalimantan Selatan adalah Geopark Meratus. Konsep geopark sendiri bercerita tentang bumi yang dihubungkan antara fenomena geologi dan non-geologi dengan tujuan konservasi, pendidikan, dan pembangunan ekonomi berkelanjutan berbasis masyarakat. Geopark Meratus sudah ditetapkan menjadi Geopark Nasional Indonesia pada tahun 2018 dan saat ini masuk ke dalam 18 usulan UNESCO Global Geopark (UGGp). Tahun 2024 ini merupakan tahun penentu bagi Geopark Meratus karena tahap evaluasi oleh UNESCO akan dilakukan pada tahun ini.
Berbagai upaya sinergi dan kolaborasi terus diperkuat untuk mendukung Geopark Meratus menjadi bagian dari UGGp. Mengutip perkataan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, kunci utama yang menentukan keberhasilan pengembangan kawasan geopark adalah dengan tata kelola yang harus melibatkan pegiat, badan usaha, media, akademisi, dan masyarakat sekitar kawasan, disamping peran pemerintah pusat dan daerah. Dengan demikian, kolaborasi tidak cukup hanya antara pemerintah pusat dan daerah saja, melainkan kerja sama antar masyarakat local sebagai stakeholder utama, beserta stakeholder lainnya (akademisi, badan usaha, media) merupakan kunci penting dalam pengembangan Geopark Meratus menuju UNESCO Global Geopark.
Banyak manfaat yang didapatkan bagi Kalimantan Selatan apabila Geopark Meratus terpilih menjadi UGGp. Secara umum, pariwisata Kalimantan Selatan akan ter promosikan secara internasional melalui bendera UNESCO tanpa harus disertai pembiayaan yang besar untuk menarik wisatawan mancanegara. Selain itu, Geopark Meratus akan menjadi ikon baru pariwisata Indonesia yang berbasis masyarakat dan konservasi, serta menarik minat investor luar negeri, baik dari aspek konservasi, pendidikan, maupun pariwisata. Menjadi bagian dari UGGp, akan memberikan standar tinggi (kelas internasional) untuk pengembangan dan peningkatan pariwisata secara berkelanjutan yang terintegrasi dengan keterlibatan masyarakat setempat dan pelaku kepentingan lainnya.
Dampak nyata UGGp telah dirasakan bagi masyarakat di sekitar Geopark Gunung Sewu di Gunung Kidul, Jawa Tengah. Sejak terpilihnya Geopark Gunung Sewu menjadi UGGp, terjadi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hampir 50 persen dari yang sebelumnya Rp31,1 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp43,8 miliar pada tahun 2019. Selain itu, terjadi penurunan tingkat kemiskinan yang semula 21,73 persen pada tahun 2015 menjadi 17 persen pada tahun 2018 serta meningkatnya inovasi ekonomi kreatif masyarakat.
Success story dari UGGp Gunung Sewu tersebut harapannya dapat teraplikasi pada Geopark Meratus jika terpilih menjadi UGGp. Trickle-down effect yang diberikan nampaknya jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan yang diberikan oleh sektor pertambangan saat ini tanpa perlu mengeksploitasi kekayaan dan keindahan alam. Ditambah lagi, konsep keberlanjutan pada UGGp dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitar Geopark meratus.
Langkah nyata telah diberikan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan (KPw BI Kalsel) untuk mendukung Geopark Meratus menuju UGGp. Pada tahun 2023, KPw BI Kalsel telah memberikan program pelatihan dan bantuan teknis yang berkolaborasi dengan UMKM binaan KPw BI Kalsel kepada masyarakat di sekitar Geopark Meratus. Selain itu, KPw BI Kalsel juga memberikan dukungan berupa fasilitasi prasarana penunjang berupa Totem Geopark Meratus di 5 (lima) lokasi situs di Kalimantan Selatan. Harapannya, dukungan ini dapat membantu Geopark Meratus dalam proses evaluasi UGGp yang akan dihadapi pada tahun ini. Langkah nyata tersebut juga harapannya dapat menjadi motivasi bagi stakeholder di Bumi Banua untuk sama-sama mendukung Geopark Meratus menjadi UGGp tahun ini, sehingga pariwisata Kalimantan Selatan dapat terus berkembang dan memperkuat perekonomian di Bumi Banua. (dp/ak)
Oleh: Dicky Prayudi (Ekonom Yunior Bank Indonesia Kalsel)