ILUSTRASI: 'Resesi seks' atau kondisi saat menurunnya gairah berhubungan seksual, menikah, hingga memiliki anak - Foto Net |
HABARDIGITAL.COM, JAKARTA - Bukan cuma Korea Selatan hingga Jepang, fenomena wanita ogah menikah juga ditemukan di Indonesia.
Hal ini bisa berujung pada 'resesi seks' atau kondisi saat menurunnya gairah berhubungan seksual, menikah, hingga memiliki anak.
Resesi seks membuat suatu wilayah nihil kelahiran baru atau angka kesuburan 'merosot'. Efeknya bisa mengganggu psikis maupun ekonomi. Ada banyak faktor di balik seseorang akhirnya memutuskan tidak menikah.
Dalam riset Krisis Keluarga Perkembangan Otonomi Perempuan sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono, salah satunya dikaitkan dengan pengembangan diri seperti mengejar karier dan banyak cita-cita lainnya.
Riset yang dilakukan di Kota Surakarta selama setahun itu menunjukkan hanya tujuh persen dari wanita yang diamati, ingin menikah. Sisanya seperti yang sudah dijelaskan, banyak prioritas sebelum akhirnya memutuskan menikah atau berkomitmen memiliki pasangan seumur hidup
Temuan ini juga sejalan dengan pengakuan wanita asal Bogor, Annisa Azzahra. Memutuskan untuk melajang lantaran biaya hidup yang tinggi jika akhirnya menikah dan memiliki anak.
"Jujur insecure juga sih sama biaya pendidikan anak,'' ungkapnya saat dihubungi detikcom Senin (12/12/2022).
Baginya, karier dan dukungan moril keluarga dan teman terdekat adalah yang utama. Selama kebahagiaan masih bisa didapat dari ketiga aspek tersebut, tidak ada yang salah dengan menjalani hidup melajang.
''Prioritas utama aku sekarang itu karier, masih banyak banget sebetulnya hal yang mau dicoba. Selama aku masih dapat support atau dukungan dari lingkungan terdekat aku, aku rasa nggak ada yang salah sih,'' sambung dia.
Belum lagi masalah perasaan saat menikah. Sulit menurutnya untuk benar-benar mencari pasangan ideal satu visi dan misi.
''Jadi rasanya saat ini sendiri much better,'' katanya.
Fenomena ogah menikah juga tidak hanya terjadi pada wanita, Anjas pria berusia 27 tahun, juga mengalaminya. Menikah disebutnya hanya akan menambah beban.
''Aku kepengen bebas aja sih dari tanggung jawab saat menikah. Apalagi tradisi di kita kan ruwet banget ya, rasanya hidup aja sudah terlalu ruwet, apalagi ditambah menikah,'' kata dia saat dihubungi terpisah.
Pihak keluarga diakuinya kerap menanyakan rencana menikah. Meski begitu, ia tak merasa risau dan tak ambil pusing dengan tetap berpegang teguh pada pendiriannya.
''Nanti juga kan yang jalanin aku sendiri, aku nggak bisa ngejalanin apa yang di-expect orang sama aku, nantinya aku nggak enjoy,'' sambungnya.
''Semua kan harus gimana niatnya kan, daripada ujung-ujungnya cerai, masalah, punya anak nggak tahu siapa yang urus, mending hidup sendiri nggak bebanin dan dibebanin orang,'' kata dia. (dtk/fsl)