BERJALAN: Sebagian besar negara eropa kini mulai mengalami krisis listrik - Foto Dok |
HABARDIGITAL.COM, JAKARTA- Tarif listrik di Eropa terus naik memecahkan rekor baru. Hal ini karena krisis energi di kawasan itu meningkat dan masyarakat ketakutan tentang akses listrik dan pemanas saat musim dingin.
Tarif listrik Jerman sebagai patokan Eropa untuk kontrak selama satu tahun ke depan melonjak di atas US$ 999,80 atau setara Rp 14,90 juta per megawatt-hour (MWh). Setelah sebelumnya pada Senin (29/8/2022) lalu sempat jatuh ke US$ 839,69 atau Rp 12,44 juta per MWh.
"Ini tidak normal sama sekali, ini sangat fluktuatif. Harga-harga sekarang ini mencapai level yang kami pikir tidak akan pernah kami lihat," kata Analis Senior di Rystad Energy Fabian Rønningen dikutip dari CNN, Selasa (30/8/2022).
Tarif listrik melonjak sejak Gazprom Rusia mengumumkan bahwa mereka akan menutup pipa gas Nord Stream 1 selama tiga hari sejak Rabu (24/8/2022) lalu untuk melakukan pemeliharaan. Banyak kekhawatiran bahwa Moskow akan mematikan gas ke Eropa untuk menimbun pasokan jelang musim dingin.
Para pengusaha khawatir mereka harus menghentikan operasi secara berkala selama musim dingin jika pasokan listrik terbatas. Sedangkan sektor rumah tangga harus membayar tagihan lebih mahal.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan persediaan gas negara itu sedang terisi sehingga negara Eropa tidak perlu membayar harga tinggi seperti yang diperintahkan oleh pasar. Fasilitas penyimpanan gas Jerman hampir 83% penuh dan akan mencapai ambang batas 85% pada awal September 2022.
Meski begitu, ketidakpastian besar tetap ada. Harga listrik yang tinggi tahun depan menunjukkan bahwa para pedagang yang tidak berpikir kritis akan terjebak dalam beberapa bulan mendatang.
"Mungkin kita akan mengalami sejumlah musim dingin di mana kita harus menemukan solusi," kata CEO Shell Ben van Beurden.(Dtc/Fsl)